Langsung ke konten utama

Hilangnya Silsilah

"Sering-sering main ya. Biar tau cucu-cucu.." ucap lirih Sang Kakek yang semakin menua saat Cucu dari alm. Abangda memohon pamit untuk pulang.
...

Sore itu, ada tragedi lucu dengan beribu hikmah di dalamnya.

Pertama, Niat baik harus dilakukan dengan persiapan yang baik jua. Adalah silaturahmi rencana yang telah disusun oleh tiga kakak beradik berdarah Minangkabau itu.

Ketiganya, terdiri dari nomor 1, 2, dan bungsu nomor 5. Eh 3 dan 4 kemana ? Jaga markaz di Kota Sebelah.

Bakda sholat ashar, ketiga kakak beradik beserta dua generasi nya pun bersiap meluncur. Taklimat dikeluarkan kepada dua generasinya untuk memesan kendaraan dalam jaringan. Ketika ingin memesan, sang generasi bertanya, "Dimana kah alamatnya ?", Ibunya yang menempati posisi kakak pertama itupun menjawab dengan ragu, "Di masjid itu, way hui, perumahan bw.", sang anak pun menghela nafas, sebuah jawaban yang mungkin jika dilontarkan oleh sang teman akan dibalas dengan nyinyiran tegas untuk meminta alamat yang pasti dan lebih detail. Tapi, anak hanyalah seorang anak, yang tak boleh durhaka meski terkadang hati bergetar.

Dimasukkan lah Perumahan Way Hui sebagai keyword untuk mencari masjid yang dituju. Dan ditemukanlah Musholla Al-Ikhlas. Sang anak pun langsung melakukan konfirmasi apakah bettul Musholla Al-Ikhlas yang dimaksud, Sang Ibu menjawab dengan nada pasti, "Iya itu!".

Okelah langsung saja dipesan dan lets go!
...........

Singkat cerita dalam perjalanan mendekati tujuan, sang driver bertanya tentang jalur yang akan dipilih diantara dua pilihan. Dan amazing! Ketiga Kakak Beradik ini pun tidak mengetahui harus melalui jalur yang mana, sehingga driver pun memutuskan sendiri.

Hingga tiba pada titik maps yang tertera, dan surprise, jalan-jalan*! Yeah, seperti ungkapan Prof. Rhenald Kasali nyasar itu tidak selalu buruk karena dengannya kita bisa mengunjungi tempat tempat yang bisa jadi belum pernah kita temui, kita juga dituntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, dan yang pasti tersimpan hikmah di dalamnya atau dengan kata kerennya jalan-jalan!

Ohya, mari kembali ke layar.
Dalam proses 'jalan-jalan' ini, keenam penumpang tersebut pun kebingungan ketika telah sampai di tempat yang paling mendekati lokasi. Why ? They doesn't know where their aunty house address!

Dan berdiam lah besi berjalan yang mereka tumpangi guna menunggu konfirmasi dulu kepada their cousin. Lagi-lagi amazing! Ternyata their aunty sedang tidak berada di rumah, dengan kata lain sedang bersilaturahmi ke Kota Sebelah, kota saya baru saja mereka tinggalkan..

But, its okey. Niat baik tidak akan berakhir, rencananya pun segera dirubah yaitu langsung menuju ke tujuan kedua, their uncle house. Thirty minutes later, their arrived in location.

Kelima insan tersebut disambut oleh anak perempuan dari sang tuan rumah, yang berarti sepupu bagi ketiga kakak beradik dan tante bagi dua generasi yang imut eh ikut.

Sambutan hangat layaknya saudara yang telah lama tak bertemu pun tercipta.
Cipika, cipiki, "Eh ini sepupu-sepupu kalian, harus kenal nih." ucap wanita tersebut kepada anak-anaknya.

Kelima tamu itu lalu diarahkan menuju ruang belakang yang menjadi ruang utama berkumpulnya para keluarga sang tuan rumah, Pak Radjimin atau Pak Idji/Abo Idji sapaannya.

Bincang-bincang yang tak pernah basi disetiap pertemuan pun berlangsung. Hingga tiba waktu menjelang maghrib yang dijadikan alibi untuk segera pamitan oleh kakak beradik nomor 1 dan nomor 2, bersebab keduanya sedang melangsungkan ibadah shaum syawal.

Salam pamit pun dihaturkan satu persatu, hingga tiba pada dua generasi mereka. Selayaknya sebuah perpisahan pasti terucapnya nasihat-nasihat bijak dari yang akan ditinggalkan, "Sering-sering main ya. Biar saling tau cucu-cucu yang mana aja.." ucap lirih Sang Kakek yang semakin menua kepada Cucu dari alm. Abangda ketika memohon pamit untuk pulang.

Kalimat singkat dengan makna yang mendalam ditengah kondisi jaman seperti saat ini. Ketika pertemuan fisik semakin tergantikan dengan pertemuan maya, meski banyak yang bilang gadget mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Nyatanya, kedua efek tersebut pun tidak tercipta secara optimal. Seperti mendekatkan yang jauh hanya melalui kata-kata, atau mungkin mendekatkan yang jauh dari kehidupan nyata ? Negeri dongeng misalnya, dlsb.  Begitupun dengan istilah menjauhkan yang dekat, dengan asumsi "nanti sajalah, besok besok juga dia lagi-dia lagi." hingga tiba saat perpisahan yang kemudian disesali dengan kalimat, "ah, waktu sebentar sekali, kita belum melakukan banyak hal bersama." dan perkataan sesal lainnya.

Inilah tragedi di jaman now. Jaman dengan kemajuan teknologi hingga kemajuan ekonomi yang kemudian menciptakan kemunduran bersosial di masyarakat.

Kondisi dimana semakin terciptanya jarak antara saudara, kurangnya pengetahuan generasi penerus tentang silsilah keluarga, dan masih banyak lagi.

Apakah ini akan terus berlangsung ?
Semoga tidak, semoga dengan dampak yang dirasakan oleh generasi jaman now ini menjadi pelajaran untuk mereka agar lebih bijak dalam mendidik penerus-penerusnya dalam menghadapi perubahan global dan juga untuk lebih baik dalam bersaudara agar tidak menjadi generasi yang kehilangan silsilah keluarga. (:

Aamiin Yaa Robbal'alaamiin..
Wallahu'alam bi showwab.
--------------------
Salam,
Dari generasi yang tahh memiliki banyak saudara, tapi belum mengetahui wujud dan sensasinya bersaudara banyak, semisal ngiter ke belasan rumah sodara. Hehe

Sekian. Wassalamu'alaykum.

Komentar